Senin, 15 September 2008

STROKE NON HEMORAGIK

STROKE NON HEMORAGIK

A.Definisi
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).

B.Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1.Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2.Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3.Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

C.Faktor resiko pada stroke
1.Hipertensi
2.Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3.Kolesterol tinggi
4.Obesitas
5.Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6.Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7.Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
8.penyalahgunaan obat ( kokain)
9.konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

D.Manifestasi klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a.Sementara
Timbul hanya sebebtar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b.Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
c.Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang dissebut progressing stroke atau stroke inevolution
d.Sudah menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)

Gangguan yang muncul tertulis pada tabel.
E. Patway


F.Pemeriksaan Penunjang
1.CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3.Pungsi Lumbal
menunjukan adanya tekanan normal
tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
4.MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5.EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6.Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7.Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

G. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

H.KOMPLIKASI
Hipoksia Serebral
Penurunan darah serebral
Luasnya area cedera
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)



I. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
Perubahan tingkat kesadaran
Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
Hipertensi arterial
Disritmia, perubahan EKG
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
Inkontinensia, anuria
distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )


5. Makan/ minum
Data Subyektif:
Nafsu makan hilang
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
Penglihatan berkurang
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
Perokok ( factor resiko )
Tanda:
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
9.Keamanan
Data obyektif:
Mottrik/sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran / pembelajaran
Subjektif Data :
Riwayat hipertensi keluarga, stroke
penggunaan kontrasepsi oral

12. Pertimbangan rencana pulang
menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

J. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputunya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh :
perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori
perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan
deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional
perubahan tanda tanda vital
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;
terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan
Intervensi :
Independen
tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
monitor dan catat status neurologist secara teratur
monitor tanda tanda vital
evaluasi pupil 9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya 0
Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi
Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .

Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
berikan medikasi sesuai indikasi :
Antifibrolitik, missal aminocaproic acid ( amicar )
Antihipertensi
Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
Manitol
2. Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif
Dibuktikan oleh :
Ketidakmampuan dalam bergerak pada lingkungan fisik : kelemahan, koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot.
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;
tidak ada kontraktur, foot drop.
Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana permulaanya
Terpeliharanya integritas kulit
Intervensi
Independen
Rubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada saat selama periode paralysisi flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral
Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema atau menormalkan sirkulasi
Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
Kolaboratif
konsul kebagian fisioterapi
Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.
Ditandai :
Gangguan artikulasi
Tidak mampu berbicara / disartria
ketidakmampuan moduasi wicara , mengenal kata , mengidentifikasi objek
Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensip
Tujuan pasien / criteria evaluasi
Pasien mampu memahami problem komunikasi
Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
Menggunakan sumber bantuan dengan tepat
Intervensi
Independen
Bantu menentukan derajat disfungsi
Bedakan antara afasia denga disartria
Sediakan bel khusus jika diperlukan
Sediakan metode komunikasi alternatif
Antisipasi dan sediakan kebutuhan paien
Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
Bicara dengan nada normal
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli terapi wicara
4. Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurology), tekanan psikologis ( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan)
Ditandai ;
Disorientasi waktu, tempat , orang
Perubahan pla tingkah aku
Konsentrasi jelek, perubahan proses piker
Ketidakmampuan untuk mengatakan letak organ tubuh
Perubahan pola komunikasi
Ketidakmampuan mengkoordinasi kemampuan motorik.
Tujuan / criteria hasil :
Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level biasanya.
Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat
Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi
Intervensi
Independen
Kaji patologi kondisi individual
Evaluasi penurunan visual
Lakukan pendekatan dari sisi yang utuh
Sederhanakan lingkungan
Bantu pemahaman sensori
Beri stimulasi terhadap sisa sisa rasa sentuhan
Lindungi psien dari temperature yang ekstrem
Pertahankan kontak mata saat berhubungan
Validasi persepsi pasien
5. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Ditandai dengan :
kerusakan kemampuan melakukan AKS misalnya ketidakmampuan makan ,mandi, memasang/melepas baju, kesulitan tugas toiletng
Kriteria hasil:
Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan perawatan diri

Intervensi:
Kaji kemampuan dantingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4) untuk melakukan kebutuhan ssehari-hari
Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasiensendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan.
Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikanpada kebiasaan pola nornal tersebut. Kadar makanan yang berserat,anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.
Kolaborasi;
Berikan supositoria dan pelunak feses
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi
6. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
kriteria hasil:
Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
Ekspansi dada simetris
Bunyi napas bersih saaatauskultasi
Tidak terdapat tanda distress pernapasan
GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memmberikan pengeluaran sekresi yang optimal
Penghisapan sekresi
Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
Berikan oksigenasi sesuai advis
Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi

8.Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa ujung lidah
Ditandai dengan:
Keluhanmasukan makan tidak adekuat
Kehilangan sensasi pengecapan
Rongga mulut terinflamasi
Kriteria evaluasi:
Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi specifik untukmerangsang nafsu makan
BB stabil
Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat
Intervensi;
Pantau masukan makanan setiap hari
Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
Dorong pasien untukmkan diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai program
Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan terlalu manis,berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah

Kolaborasi:
Pemberian anti emetikdengan jadwal reguler
Vitamin A,D,E dan B6
Rujuk ahli diit
Pasang /pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteral
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 293-305)







DAFTAR PUSTAKA

1.Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
2.Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
3.Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
5. Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996

Tidak ada komentar: